Jumat, 17 Desember 2010

Pemikiran yang Salah (Cerpen)

Matahari yang mulai menenggelamkan dirinya, membuat kami pun berpisah untuk hari ini. Bagi kami, tiada hari tanpa bermain di lapangan yang terletak dekat dengan sebuah gedung yang lumayan tinggi dan tua itu.

Namaku Hermes, dan temanku Alfin, Jemy, Sawal, dan Ezelio. Kami selalu bermain bersama. Tidak ada diantara kami yang tidak ikut bermain. Sampai kami sering disebut De HEJAS, yang kepanjangannya ialah pangkal dari nama kami berlima. Bukan hanya dalam hal bermain, di dalam hal apapun kami selalu bersama.
Hari itu hari senin, sangat menyebalkan. Aku tidak suka hari senin. Karena upacara, aku menjadi langganan UKS sekolah. Hmm, memang malu. Tapi, ya mau gimana lagi. Apalagi pelajaran hari senin, bikin ngantuk. Untuk itu aku terkadang bolos dari sekolah bareng teman-teman.
Setelah pulang sekolah tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ternyata ada SMS dari Jemy. Dia mengatakan bahwa nanti sepulang sekolah berkumpul di depan kantor lurah. Karena nanti kami akan bermain bola bersama-sama.
Aku, Jemy, Ezelio, dan Alfin sudah berkumpul. Kini tinggal menunggu Sawal datang.
“Sawal mana ya?”, Ujar Ezelio.
“Iya ya, tadi dia yang bilang untuk main bola”, Ujar Jemy.
“Dasar Sawal, dia yang bilang tapi dia yang terlambat”, Kata Alfin sambil kesal.
Setelah setengah jam, barulah sawal datang.
“Sawal, kamu kok lama sekali?”, seru Jemy.
“Maaf teman-teman, tadi ada tugas di sekolah dan aku harus mengikutinya. Kalau tidak, aku tidak dapat nilai”, kata Sawal.
“Ya, tidak apa-apa”, kataku.

Setelah kami menunggu Sawal datang, barulah kami pergi bersama-sama menuju ke lapangan. Setelah sampai di lapangan, kami melihat ada sekelompok orang yang bermain bola juga di lapangan itu. Dan akhirnya kami pun mengajak mereka untuk bertanding melawan kami.
Kami bermain bola di lapangan tersebut dengan seru-serunya.
“Sawal, cepat bawa bolanya kesini” Kataku sambil berteriak.
“Ya, tunggu sebentar. Lagi asik-asik menggiring bola nih” Ujar Sawal. Akupun menunggu sampai bolanya di berikan kepada ku.
“Lama amat sih bawa bolanya”, Kata Jemy sambil kesal.
Setelah kurang lebih 3 jam, akhirnya kami menang. Skor kami 3 dan skor mereka 1. Kami gembira sekali pada saat itu.
“Wah, akhirnya kita menang”, Seru Sawal.
“Ya, nggak nyangka bisa menang”, Kata Jemy.
Setelah bermain bola, tiba-tiba kami terlihat sebuah sumur tua yang sebelumnya tidak pernah kami lihat. Tanpa basa-basi langsung saja kami menuju ke sumur tua itu dan langsung mencuci muka.
“Wah, segar sekali air ini”, Ujarku sambil terus mencuci muka.
“ Iya, memang segar”, seru Jemy.
Tidak terasa waktu sudah hampir malam.
“Wah, sudah gelap rupanya. Tidak terasa ya?”, Ujar Ezelio.
“Kalau gitu kita pulang bareng yuk!” Seru Sawal.
“Yuk!”, Jawab kami. Dan kami pun pulang bersama-sama sambil berbincang-bincang.
“Teman-teman, besok kita main lagi ya”, Kata Ezelio.
“Ya pastilah besok kita kesana”, Ujarku.
“Semoga mereka datang lagi, jadi bermain bolanya tambah seru”, kata Sawal. Kami terus berjalan sampai kami sampai kerumah kami masing-masing. Kebetulan rumah kami tidak terlalu jauh. Hanya beda RT saja.

Keesokan harinya kami pun bersekolah. Sebelum kesekolah kami pun mengusulkan untuk berkumpul lagi di depan kantor lurah. Setelah pulang sekolah kami kembali berkumpul. Kali ini giliran Ezelio yang terlambat datang. Lalu ia datang setelah lima belas menit. Setelah kami semua berkumpul, kami kembali bermain di lapangan tersebut. Ternyata lawan bermain bola kami yang kemarin tidak datang.
“Yah, mereka tidak datang. Mainnya jadi nggak seru deh”, kata Jemy.
“Ya sudah, kita bermain seperti biasa saja”, ujarku.
Setelah selesai bermain bola, tiba-tiba Alfin langsung pulang tanpa sebab. Kamipun heran melihat tingkah Alfin yang tiba-tiba pulang tak tahu kenapa.
“Kenapa ya Alfin Tiba-tiba pulang?”, Tanya Ezelio.
“mungkin dia kelelahan”, kata Sawal. Setelah setengah jam duduk-duduk, kamipun pulang kerumah.
Keesokan harinya kami berkumpul kembali di depan kantor lurah. Kami semuanya datang, terkecuali Alfin. Setelah 1 jam kami menunggu ternyata dia belum juga datang. Lalu kami segera pergi ke lapangan karena mungkin dia menunggu disana. Setelah kami sampai di sana, ternyata Alfin tidak ada. Sedangkan lawan kami yang bermain dengan kami waktu itu datang. Kami sangat menyayangkan hal itu.
Akhirnya kami pun tidak jadi bertanding dengan mereka dan kami sepakat untuk datang ke rumahnya.
“Kenapa ya Alfin nggak datang?”, Tanya Jemy.
“Saya tidak tahu, mungkin ada hubungannya dengan yang kemarin”, Seru Sawal.
“Mungkin begitu, soalnya kemarin tingkahnya aneh dan tiba-tiba saja langsung pulang”, Jawabku.
Akhirnya kami pun sampai kerumah Alfin. Rumahnya tutup, lalu kami ketok saja pintunya.
“Permisi”, seru kami.
“Eh, temannya Alfin. Silahkan masuk”, Jawab ibunya Alfin.
“Terima kasih bu”, Seru kami.
“Alfinnya mana bu? Kok dia tadi nggak datang bermain sepak bola”, Tanya Jemy.
“Ibu tak tahu nak, mulai dari tadi pagi dia kejang-kejang, badannya panas dan pucat”, Ujar ibunya.
“Apa dia sudah dibawa ke puskesmas bu?”, Tanya kami.
“Sudah nak, tadi baru dibawa. Katanya dia hanya demam biasa”, Jawab ibu.
“Emangnya kemarin dia makan apa bu?”, Tanya kami.
“Ibu tidak tahu nak, kemarin sore dia pulang dan langsung masuk kamar”, Jawab Ibu.
“Kemarin dia kan sama kalian bermain”, seru ibunya Alfin.
“Karena itulah kami tidak tahu bu, tiba-tiba saja kemarin dia pulang tanpa sebab”, Ujar Ezelio.
“Boleh kami melihatnya bu?”, Tanya kami.
“Boleh, silahkan masuk saja”, Seru Ibu.
Dan akhirnya kami pun masuk ke kamar untuk melihat Alfin.
“Kamu kenapa Alfin?”, Tanya kami.
“tak tahulah, tiba-tiba badanku semuanya terasa sakit dan aku merasa kedinginan”, Jawab Alfin.
“Kalau begitu kamu istirahat saja dirumah”, Kataku.
Setelah kami menjenguk Alfin, barulah kami berpamitan untuk pulang ke rumah.
Tidak tahu kenapa tiba-tiba aku terpikir dengan sumur tua itu. Aku merasa ada sesuatu yang aneh antara sumur itu dan Alfin.
“Teman, sepertinya ada sesuatu yang aneh pada Alfin”, Seruku.
“Emang ada apa?”, Tanya Sawal.
“Mungkin sakitnya Alfin ada hubungannya denga sumur yang kemarin itu”, Jawabku.
Dan kami pun sepakat untuk menyelidikinya esok hari.
Keesokan harinya kami pun menyelidiki ada apa di dalam sumur itu. Setelah kami menyelidikinya, ternyata tidak ada apa-apa dalam sumur itu. Airnya sangat jernih dan bersih. Dan kami pun menjadi semakin penasaran, sehingga kami pun di datangi oleh seorang nenek yang misterius.
“kenapa kalian kesini?”, ujar nenek tersebut.
“tidak ada nek!” kata kami. Kami semuanya merinding ketakutan, lalu kami pun berlari sekuat mungkin meninggalkan nenek itu. Kami pun berlari seperti orang gila, lalu kami menuju ke rumah Jemy.
“tuh kan benar apa yang aku bilang!”, kataku sambil ketakutan dan mengambil napas.
“iya, kamu benar”, ujar Sawal, Jemy, dan Ezelio.
Keesokan harinya kamipun menjenguk Alfin. Ketika kami sudah sampai di rumah Alfin, tiba-tiba tetangganya berkata, “kalian mencari Alfin ya?”.
“Iya, Alfinnya kemana ya? Kok pagarnya terkunci?”, kata kami.
“Dia sudah dibawa kerumah sakit sekitar 1 jam tadi”, jawab tetangganya. Lalu kami pun terkejut mendengar hal itu. Kami pun semakin yakin bahwa sakit Alfin ada hubungannya dengan sumur itu. Kami pun tidak bermain akhir-akhir ini karena kami takut akan hal yang akan menimpa kami seperti Alfin. Kami selalu menunggu dan mendoakan Alfin supaya dia cepat pulang kerumah.
Setelah 1 minggu berlalu, kami pun melihat Alfin sudah kembali kerumahnya. Lalu kami pun menjenguknya. Sesampainya dirumah Alfin, kami pun bertanya kepada ibunya.
“Bu, emangnya penyakit yang diderita alfin ini apa?”, Tanya kami.
“Kata dokter dia mengalami penyakit malaria tifus. Lalu kami pun terkejut. Ternyata apa yang kami pikirkan ternyata salah. Lalu keesokan harinya kami pun kembali ke sumur tersebut dan kembali didatangi oleh nenek itu dan berkata, “Anak muda, kalian ngapain kesini dan kenapa kemarin berlari?”.
Lalu kami menjawab, “tidak nek, kami hanya ketakutan kemarin karena teman kami sakit. Mungkin ada hubungannya dengan sumur ini”, kata kami sambil menyesal karena telah berfirasat buruk kepada nenek itu.
Lalu nenek itupun menjawab kembali, “Sebenarnya tidak ada apa-apa di sumur ini. Ini hanya sumur tua, dan nenek adalah penjaga gedung ini karena tidak ada lagi yang menempatinya”.
“oh gitu ya nek”, kata kami lalu meminta maaf kepada nenek itu dan kembali kerumah kami masing-masing.
Setelah kurang lebih 2 hari, kami melihat Alfin sudah keluar rumah. Lalu kami pun menyapanya.
“Kamu sudah sembuh Alfin?”, Tanya kami
“Ya, saya sudah sembuh”, Kata Alfin.
“Kalau gitu kita main bola lagi yuk!”, Seru Ezelio yang ingin cepat-cepat bermain bola lagi.
“Maaf teman, besok saja ya mainnya. Aku belum disuruh sama ibuku”, Sery Alfin.
“Baiklah kalau begitu”, seru kami.
Keesokan harinya, barulah kami kembali bermain bersama-sama lagi. Dan kami senang sudah bisa bermain bersama-sama lagi.
Kami pun mulai belajar untuk tidak berfirasat buruk terhadap sesuatu.

Translate